11.0301.0006
PEMBAHASAN
1.
Pengertian REBT
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan
individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas,
dan berkehendak.
Yang
dimaksud dengan konseling RET atau yang lebih dikenal dengan Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) adalah konseling yang menekankan interaksi berfikir dan
akal sehat (rasional thingking), perasaan (emoting), dan berperilaku (acting).
Teori ini juga menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap cara
berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan
berperilaku. Menurut Ellis manusia itu bersifat rasional dan irasional.
2.
Konsep Dasar REBT
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat
dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang
membangun tingkah laku individu yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC yaitu :
a.
Antecedent
Event (A), yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa
pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku atau sikap orang lain.
Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan
contoh antecedent event bagi seseorang.
b.
Belief (B),
yaitu keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri individu terhadap suatu
peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu :
1)
Keyakinan
yang rasional (rational belief rB) merupakan cara berpikir atau sistem
keyakinan yang tepat, masuk akal dan bijaksana.
2)
Keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief iB) merupakan keyakinan atau sistem
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional dan tidak produktif.
c.
Emotional
consequence (C), merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya
dengan antecedent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung
dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan B
yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D, E
dan F untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D)
keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak
(effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Sehingga
lahir perasaan (feelings; F) yaitu perangkat perasaan yang baru, dengan
demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala
sesuatu sesuai dengan situasi yang ada. Teori pendekatan DEF dari Ellis jika
digambarkan dalam bentuk bagan adalah demikian: D (disputing intervention) E
(effect) F (new Feeling)
·
D
adalah yang meragukan atau membantah. Pada isensinya merupakan aplikasi dari
metode ilimiah untuk menolong klien membantah keyakinan irasional. Ellis dan
Bernard (1986) melukiskan tiga komponen dari proses membantah ini :
Ø Pertama : klien belajar cara mendeteksi
keyakinan irasional mereka, terutama kemutlakan seharusnya dan harus, sifat
berlebihan, dan pelecehan pada diri sendiri.
Ø Kedua : klien memperdebatkan keyakinan
yang disfungsional itu dengan belajar cara mempertanyakan semua itu secara
logis dan empiris dan dengan sekuat tenaga mempertanyakan kepada diri sendiri
serta berbuat untuk tidak mempercayainya.
Ø Ketiga : klien belajar untuk
mendiskriminasikan keyakinan yang irasional dan rasional.
·
E
adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah rasional yang
baru dan efektif terdiri dari menggantikan yang tidak pada tempatnya dengan
yang cocok. Apabila itu berhasil maka akan tercipta F atau new feeling
·
F
adalah perangkat perasaan yang baru. Kita tidak lagi merasakan cemas yang
sungguh-sungguh, melainkan kita mengalami segala sesuatu sesuai dengan situasi
yang ada.
3.
Pandangan Terhadap Manusia
Teori Rasional Emotif
Behaviour Terapi (REBT) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur
maupun berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan
untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai,
bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia
juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kearah menghancurkan diri,
menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara
tak berkesudahan, takhyul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri, serta
menghindari pertubuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk
terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari
berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.
Manusia tidak ditakdirkan
untuk menjadi korban pengkondisian awal. REBT menegaskan bahwa manusia memiliki
sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan
bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. Bagaimanapun, menurut
REBT, manusia dilahirkan dengan kecendrungan untuk mendesakkan pemenuhan
keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya; jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia
mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis, 1973a, h. 175-176).
REBT menekankan bahwa
manusia berfikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia
beremosi tanpa berfikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh
persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Sebagaimana dinyatakan oleh Ellis (1974),
“Ketika mereka beremosi, mereka juga berfikir dan bertindak. Ketika mereka
bertindak, mereka juga berfikir dan beremosi. Ketika mereka berfikir, mereka
juga beremosi dan bertindak” (h. 313). Dalam rangka memahami tingkah laku
menolak diri, orang harus memahami bagaimana seseorang beremosi, berfikir, mempersepsi
dan bertindak. Untuk memperbaiki pola-pola yang disfungsional, seseorang
idealnya harus menggunakan metode-metode perseptual-kognitif, emotif-evokatif,
dan behaviouristik-redukatif (Ellis,1973a, h 171).
Menurut Ellis, manusia
bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh
naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai unik dan memiliki kekuatan untuk
memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan
nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa
kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecendrungan-kecenderungan menolak diri
sendiri. Orang-orang memiliki kesanggupan untuk mengonfrontasikan sistem-sistem
nilainya sendiri dan mereinduktrinasi diri dengan keyakinan-keyakinan,
gagasan-gagasan, dan nilai-nilai yang berbeda. Sebagai akibatnya, mereka akan
bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di masa lampau.
Jadi, karena bisa berfikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah, mereka
bukan korban-korban pengkondisian masa
lampau yang pasif.
Reaksi emosional seseorang sebagian
besar disebabkan oleh evaluasi, interprestasi dan filosofi yang didasari maupun
tidak disadari oleh individu. Hambatan emosional adalah akibat dari cara
berpikir yang tidak logis dan penuh prasangka. Berpikir irrasional itu diawali
dari berpikir yang tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat
dibesarkan.
4.
Asumsi Perilaku Bermasalah
Dalam
perspektif pendekatan konseling rasional emotif, perilaku bermasalah merupakan perilaku
yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir
irasional adalah :
a.
Tidak dapat
dibuktikan
b.
Menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak
perlu
c.
Menghalangi
individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
Sebab-sebab
individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh :
a.
Individu
tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan
imajinasi
b.
Individu
tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
c.
Orang tua
atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada
individu melalui berbagai media
Indikator
sebab keyakinan irasional adalah :
a.
Manusia
hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari
segala sesuatu yang dikerjakan
b.
Banyak
orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam
sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum
c.
Kehidupan
manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam
hidupnya
d.
Lebih mudah
untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk
menghadapi dan menanganinya
e.
Penderitaan
emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya
mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional
tersebut
f.
Pengalaman
masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan
menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
g.
Untuk
mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang
menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural
h.
Nilai diri
sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari
kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap
individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis
manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian”
semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk
pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang
keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya :
a.
Mengabaikan
hal-hal yang positif
b.
Terpaku
pada yang negatif
c.
Terlalu
cepat menggeneralisasi
Secara ringkas, Ellis
mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional :
a.
“Saya harus
punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”
b.
“Orang lain
harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita”.
c.
“Kenyataan
harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.
5. Tujuan Konseling
Tujuan dari Konseling RET ini antara lain :
a. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan self-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku
kognitif dan afektif yang positif.
b. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri
sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa
was-was, rasa marah.
Tiga
tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan
rasional-emotif :
a. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku
penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar
sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima
(antecedent event) pada saat yang lalu.
b. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami
bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang
irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
c. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan
emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang
telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :
a. minat kepada diri sendiri,
b. minat sosial,
c. pengarahan diri,
d. toleransi terhadap pihak lain,
e. fleksibel,
f. menerima ketidakpastian,
g. komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya,
h. penerimaan diri,
i.
berani
mengambil resiko,
j.
menerima
kenyataan.
Ellis berulang kali
menegaskan bahwa betapa pentingnya “kerelaan menerima diri-sendiri”. Dia
mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan,
apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Kita harus
menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan
hasilkan. Dia mengkritik teori-teori yang terlalu menekankan kemuliaan pribadi
dan ketegaran ego serta konsep-konsep senada lainnya.
6.
Hubungan dan Fungsi antara Konselor-Konseli
Terapis
berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Hubunagn pribadi antara terapis
dan klien tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan
kemudian harus secara aktif menjalankan pengubahan tingkah laku yang
mengalahkan diri.
Aktivitas-aktivitas
therapeutic utama TRE dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu
klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk
belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah
menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional
sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dogmatis yang irasional
dan takhyul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut di atas, terapis memiliki tugas-tugas yang spesifik
yaitu :
a.
Mengajak klien untuk
berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi
banyak gangguan tingkah laku
b.
Menantang klien untuk
menguji gagasan-gagasannya
c.
Menunjukkan kepada klien
ketidaklogisan pemikirannya
d.
Menggunakan suatu
analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien
e.
Menunjukkan bahwa
keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan
akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan
f.
Menggunakan absurditas
dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien
g.
Menerangkan bagaimana
gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan yang
rasional yang memiliki landasan empiris
h.
Mengajari klien
bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara bepikir sehingga klien bisa
mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan yang irasional dan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun masa yang akan datang,
yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri
7. Karakteristik
Konseli
Nelson-Jones
(Latipun, 2001: 97) menjelaskan bahwa karakteristik cara berpikir irrasional
yang dapat dijumpai secara umum yaitu :
a.
Terlalu menuntut, hasrat, pikiran, dan keinginan
yang berlebihan membuat individu mengalami hambatan emosional
b.
Generalisasi secara berlebihan, berarti individu
mengingat sebuah peristiwa atau keadan diluar batas-batas yang wajar
c.
Penilaian diri, seseorang harus bisa menerima
dirinya tanpa syarat
d.
Penekanan, penekanan ini akan mempengaruhi
individu dalam memandang antecedent event secara tepat dan karena itu
digolongkan sebagai cara berpikir irrasional
e.
Kesalahan atribusi, kesalahan dalam menetapkan
sebab dan motivasi perilaku baik dilakukan sendiri, orang lain, atau sebuah
peristiwa
f.
Anti pada kenyataan, terjadi karena tidak dapat
menunjukkan fakta empiris secara tepat
g.
Repetisi, keyakinan yang irrasional cenderung
terjadi berulang-ulang.
8.
Teknik-teknik REBT
Teknik-teknik konseling REBT menurut
Willis adalah teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang
merusak diri sendiri. Pendekatan konseling REBT menggunakan berbagai teknik
yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik yang dimaksud antara
lain adalah sebagai berikut :
a.
Teknik-teknik
emotif (afektif)
1)
Teknik
Assertive Training, teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan pola
perilaku tertentu yang diinginkannya. Latihan-latihan yang diberikan lebih
bersifat pendisiplinan diri konseli.
2)
Teknik
Sosiodrama (Bermain peran), teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa
sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran
tertentu.
3)
Teknik Self
Modeling, teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu dimana konselor
menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti
b.
Teknik-teknik
Behavioristik
1)
Teknik
reinforcement (punishment and reward), teknik untuk mendorong konseli kearah
tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar system nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli dan
menggantinya dengan system nilai yang positif.
2)
Teknik
Social Modeling, teknik untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli. Teknik
ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam model social yang diharapkan
dengan imitasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan
menginternalisasikan norma-norma dalam system model social dengan masalah
tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
c.
Teknik-teknik
Kognitif
1)
Home Work
Assigments, yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut
pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang
diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka
dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk
pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada
konselor.
2)
Teknik
Bibliotherapi, teknik dengan pemberian bahan bacaan
3)
Teknik
diskusi
4)
Teknik
simulasi, teknik dengan memainkan peran antara konselor dengan klien
5)
Teknik
Gaming, teknik dengan melakukan permainan
9.
Analisis
Dalam menelusuri masalah klien yang
dibantunya, konselor berperan lebih aktif di bandingkan klien. Maksudnya adalah
bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas
untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam
mengatasi masalah yang di hadapi artinya konselor harus melibatkan diri dan
berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan
di sesuaikan dengan potensi yang di miliki nya.
Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara
hubungan baik dengan klien. Dengan
sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting
demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab
dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.
Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh
konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional
menjadi rasional. Dalam proses
hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.
Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling
rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien.
Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.
Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan
Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif
yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di
kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandanagan dasar
pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk
berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di
samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk
berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah
pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,
Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.
Latipun. 2010. Psikologi
Konseling. Malang
: UMM Press.
http://dhiyan-psikologiasyik.blogspot.com/2008/06/terapi-rasional-emotif.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-rasional-emotif/
http://eanun17trwn.blogspot.com/2011/01/konseling-rasional-emotif-behaviour.html
http://boharudin.blogspot.com/2011/04/rational-emotive-behavior-therapy.html
http://erliemath08.blogspot.com/2012/03/bimbingan-konseling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar