Rabu, 10 Juli 2013

Logoterapi

Septiara Wulansari
11.0301.0056


LOGOTERAPI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Viktor Emile Frankl ia sebagai pendiri logoterapi dan sebagai dokter ahli penyakit syaraf dan jiwa (neuro-psikiater), lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina Austria. Di kota tempat lahirnya tokoh-tokoh psikologi seperti Mesmer ( Terapi Hipnosa ), Feuchtesleben ( Psikologi Kesehatan ), Sigmund Freud ( Psikoanalisa ), dan Alfred Adler ( Psikologi Individual).
Kata “logos” dalam yunani berarti makna ( meaning ) dan juga rohani ( spirituality), sedangkan “terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup ( The Meaning of  Life ) dan hasrat untuk hidup bermakna ( The Will of Meaning ) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna ( The Meaningful Life ).
Sekalipun pada awalnya logoterapi merupakan metode psikoterapi praktis, tetapi kemudian logoterapi meluas dan mengembangkan filsafat manusia, teori kepribadian, teori psikopatologi, dan metode pengembangan pribadi menuju kualitas hidup yang bermakna. Saat ini logoterapi merupakan salah satu pilar psikologi dan psikiatri modern yang diamalkan dalam dunia medis, pendidikan, teologi, filsafat, manajemen, rehabilitasi sosial, keluarga, dan pelatihan pengembangan diri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Asas-asas apa saja yang terkandung dalam logoterapi ?
2.      Apa landasan filsafat logoterapi ?
3.      Mengapa logoterapi sebagai filsafat manusia ?
4.      Mengapa logoterapi sebagai teori kepribadaian ?
5.      Mengapa logoterapi sebagai metode terapi ?
6.      Apa saja komponen dan aplikasi konseling logoterapi ?
7.      Mengapa logoterapi sebagai metode pengembangan pribadi ?
8.      Apa saja pemikiran spekulatif dan aplikatif seputar logoterapi ?
9.      Apa hubungan antara logoterapi dan teologi ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui asas – asas yang terkandung dalam logoterapi.
2.      Mengetahui landasan filsafat logoterapi.
3.      Mengetahui logoterapi sebagai filasafat manusia.
4.      Mengetahui logoterapi sebagai teori kepribadian.
5.      Mengetahui logoterapi sebagai metode terapi.
6.      Mengetahui komponen dan aplikasi konseling logoterapi.
7.      Mengetahui logoterapi sebagai metode pengembangan pribadi.
8.      Menegetahui hubungan antara logoterapi dan teologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Asas – Asas Logoterapi
1.      Makna kehidupan, makna adalah sesuatu yang dirasa penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Logoterapi memiliki asas makna hidup yang terpatri didalamnya baik dalam kondisi kehidupan senang maupun susah.
2.      Kebebasan yang dimiliki manusia, setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya.
3.      Kemampuan yang dimiliki manusia, setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal. Misalnya : dengan mengubah sikap atas keadaan agar tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan itu.
B.     Landasan filsafat logoterapi
Setiap aliran dalam psikilogi memiliki landasan filsafat kemanusiaan yang mendasari seluruh ajaran, teori, dan penerapannya. Dalam hal ini logoterapi memiliki filsafat manusia yang merangkum dan melandasi asas–asas, ajaran, dan tujuan logoterapi :
1.      The Freedom of Will ( Kebebasan Berkehendak )
Kebebasan ini sifatnya bukan tak terbatas karena manusia adalah makhluk serba terbatas. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, selain itu juga memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi ( tenaga, daya tahan, stamina, usia ), aspek kejiwaan ( kemampuan, keterampilan, kemauan, ketekunan, dll ), aspek sosial budaya ( dukungan lingkungan, kesempatan, tanggung jawab sosial, ketaatan pada norma ), dan aspek kerohanian ( iman, ketaatan beribadah, cinta kasih ).
2.      The Will to Meaning ( Hasrat untuk Hidup Bermakna )
Setiap orang menginginkan dirinya sebagai orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga dimata Tuhan.  Bila hasrat hidup yang bermakna dapat dipenuhi, kehidupan akan dirasakan berguna, berharga, dan berarti ( meaningful ). Sebaliknya bila tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tak bermakna ( meaningless ).
Keinginan untuk hidup bermakna memang benar – benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti kegiatan dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.
3.      The Meaning of Life ( Makna Hidup )
Makna hidup adalah hal – hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan ( The Purpose in Life ). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseoran merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya menimbulkan perasaan bahagia ( happiness ). Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Ungkapan seperti “ Makna dalam Derita “ ( Meaning in Suffering ) atau “ Hikmah dalam Musibah “ ( Blessing in Disguise ) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup tetap dapat ditemukan. Bila hasrat ini dapat dipenuhi maka kehidupan dirasa berguna, berharga, dan berarti ( meaningful ) akan dialami. Sebaliknya bila hasrat ini tak terpenuhi agar menyebabkan kehidupan dirasa tak bermakna ( meaningless ).
C.     Logoterapi sebagai filsafat manusia
Setiap aliran psikologi selalu dilandasi oleh filsafat manusia yaitu pandangan mendasar mengenai hakikat manusia dengan kemanusiaan. Konon Socrates ( 468-399 ) sebelum masehi yang hidup pada zaman yunani purba adalah ahli filsafat pertama yang menelaah dan mengemukakan pandangan mendasar mengenai hakekat kemanusiaan dan citra manusia. Etika, moralitas, negara dan politik serta nila-nilai sosial dan budaya seperti keadilan, kebajikan, pengabdian, dan kepercayaan merupakan tema-tema kajian Socrates. Tema sentral ajaran Socrates terlihat dari moto “ Gnoti Seauton “ ( kenali dirimu ) yang terpampang digerbang akademia-nya. Motto ini sejalan dengan pertanyaan “ siapa dirimu? “  atau “ apa dan siapakah manusia itu? “. Sebuah pertanyaan abadi yang tak kunjung terjawab tuntas sejak era Socrates sampai kepada para filosof dan ilmuwan kontemporer. Karena manusia adalah sebuah misteri, artinya eksistensi manusia selalu mengandung kerahasiaan yang tak pernah terbuka tuntas oleh segala ilmu tentang manusia.
D.     Logoterapi Sebagai Teori Kepribadian
Teori kepribadian mencangkup pokok-pokok bahasan mengenai landasan teoritis dan orientasinya yaitu pendekatan dinamik dan orientasi masa lalu, teori behavioral yang mementingkan masa kini, atau wawasan eksistensial yang menganggap cita masa depan sangat berperan dalam perkembangan kepribadian. Teori kepribadian membahas determinan kepribadian, yaitu bawaan ( genetik ), kondisi psikis, dan situasi sosial budaya yang selalu saling berkaitan dan pengaruh mempengaruhi.
Menurut William Sahakian, seorang pakar ternama psikologi kepribadian, menyatakan bahwa belum ada teori kepribadian yang mantab berlandaskan asas-asas logoterapi, tetapi menurutnya logoterapi secara potensial sangat besar kemungkinannya untuk dikembangkan sebagai sebuah teori kepribadian. Selanjutnya, Sahakian menyatakan bahwa dalam teori kepribadian ini secara khas faktor hasrat untuk hidup bermakna ( The Will to Meaning ) sebagai motivasi utama manusia harus dijadikan inti dari seluruh wacana teori kepribadian. Berdasarkan kajian mengenai logoterapi, dapat dikemukakan gambaran umum, prinsip dan struktur serta karakteristik logoterapi sebagai teori kepribadian.
E.      Logoterapi Sebagai Metode Terapi
Logoterapi adalah suatu corak psikoterapi yang dirintis oleh Viktor Emille Frankl ( 1905-1997 ), seorang neuropsikiater dari Wina Austria, merujuk pada akar kata “logos” ( Yunani ) berarti makna ( meaning ) dan kerohanian ( spirituality ), logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang mengakui adanya dimensi kerohanian ( spiritual ) pada manusia disamping dimensi ragawi ( somatic ) dan kejiwaan ( psyche ), serta beranggapan bahwa hasrat untuk hidup bermakna ( The Will to Meaning ) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan yang bermakna ( The Meaningful Life) dengan jalan menemukan dan mengembangkan makna hidup ( The Meaning of Life ).
            Logoterapi saat ini mengembangkan sendiri filsafat manusi ( Menschans-Chauung ), teori kepribadian, teori psikopatologi dan metode pengembangan pribadi menuju kualitas hidup yang bermakna ( logoanalisis ). Dilingkungan psikoterapi, logoterapi mendapat julukan The Third Viennese School of Psychoterapy karena dianggap aliran yang mapan setelah psikoanalisis ( Sigmund Freud ) dan psikologi individual ( Alfred Adler ) yang sama-sama tumbuh dikota Wina Austria.
F.      Komponen dan Aplikasi Konseling Logoterapi
a.       Komponen- komponen konseling logoterapi
Komponen-komponen pribadi dalam konseling logoterapi adalah kemampuan, potensi, dan kualitas insani dari diri klien yang dijajaki, diungkap, dan difungsikan pada proses konseling dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap makna dan tujuan hidupnya. Dalam konseling logoterapi usaha meningkatkan kesadaran atas kualitas dan kemampuan pribadi seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan diri, tanggung jawab, komitmen, keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan makna hidup merupakan hal-hal penting yang menentukan keberhasilan konseling.
b.      Aplikasi konseling logoterapi
Konseling logoterapi seperti konseling pada umumnya merupakan kegiatan menolong ( helping activity ) dimana seorang konselor memberikan bantuan psikologis  kepada seorang klien yang membutuhkan bantuan untuk pengembangan diri. Kegiatan konseling logoterapi : 
1.      Tahap perkenalan dan pembinaan raport, diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan membina raport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati dan pelayanan.
2.      Tahap pengungkapan dan penjajakan masalah, konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membiarkan klien “ sepuasnya “ mengungkapkan masalah, dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3.      Tahap pembahasan bersama, konselor dan klien bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi, tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4.      Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu  perubahan sikap dan prilaku klien.
5.      Tahap perubahan sikap dan perilaku klien, pada tahap-tahap ini mencakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna.
G.     Logoterapi sebagai metode pengembangan pribadi
Mengenali diri adalah perbuatan khas manusia karena hanya manusia yang memiliki kemampuan menyadari keadaan dirinya antara lain bakat, kemampuan, sifat, dan cita-cita serta menilai sejauh mana hal itu telah sesuai dengan citra diri yang didambakannya. Dalam dunia filsafat masalah pengenalan diri memiliki sejarah panjang.
Pengenalan diri sangat penting dalam upaya pengembangan diri artinya tak mungkin terjadi proses pengembangan pribadi tanpa lebih dulu mengenali keunggulan dan kelemahan diri sendiri, pengembangan diri pada dasarnya meningkatkan segi-segi positif dan mengurangi segi-segi negatif diri sendiri.
Pengembangan pribadi adalah usaha terencana untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan siakp yang gunanya untuk meraih kehidupan yang lebih baik lagi dalam mewujudkan citra diri yang diidam-idamkan. Usaha ini dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia sebagai “ The Self Determining Being “ memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling baik untuk dirinya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
H.     Pemikiran Spekulatif dan aplikatif seputar logoterapi
Pemikiran spekulatif dan aplikatif seputar logoterapi terdiri dari :
1.      Kebiasaan tak Sehat
Salah satu tanda orang-orang yang memiliki kebiasaan tak sehat seperti perokok, penggemar minum keras, pengguna narkoba yaitu sering tidak menyadari bahaya dari kebiasaannya itu, kalaupun menyadari mereka tetap melakukannya hanya karena tak mau mengendalikan keinginan. Faktor-faktor psikologis yang secara umum mempengaruhi kesehatan yaitu :
a.       Gangguan mental.
b.      Gejala psikologis misalnya kecemasan.
c.       Ciri kepribadian seperti penyangkalan diri.
d.      Respon fisiologis terhadap stres.
e.       Perilaku kesehatan yang maladaptif.
2.      Logoterapi untuk Olahraga
Dalam tulisan Viktor Frankl memandang olahraga sebagai fenomena kemanusiaan yang murni dan menolak degradasi olahraga menjadi semacam chauvinisme olimpiade atau ajang komersialisme dan ia pun menolak pandangan umum yang menganggap olahraga sebagai sarana penyeimbangan diri ( homeostasis ) dengan tujuan meredakan ketegangan ( tension-reduction )
      Viktor Frankl berpandangan bahwa olahraga merupakan salah satu sarana untuk memenuhi hasrat manusia untuk mencari ketegangan yang sehat dan bermakna sebagai ungkapan dari The Will to Meaning, motivasi utama manusia.
3.      Humor dan Logoterapi
Humor adalah pengalaman yang menimbulkan rasa lucu dan tertawa. Rasa humor adalah salah satu kualitas insani artinya hanya manusia yang dapat merasakan humor. Adanya efek terapi dari rasa humor dimanfaatkan dalam salah satu teknik logoterapi yaitu paradixical intention. Teknik ini membantu pasien untuk mengambil jarak atas keluhannya serta menanggapinya secara humoristis ( dalam kasus-kasus seperti fobia, teknik ini berusaha mengubah sikap penderitan yang semula takut menjadi “akrab” dengan objek yang ditakutinya ).
4.      Pengembangan Hidup Bermakna
Tujuan hidup adalah hal sangat penting dalam menjalani kehidupan. Tanpa tujuan hidup yang jelas akan menimbulkan ketidakpastian, kebingungan, dan kehampaan yang pada gilirannya akan mengembangkan kehidupan tanpa makna ( meaningless ).
Mengembangkan kehidupan bermakna pada hakikatnya sama dengan perjuangan hidup yakni meningkatkan kondisi kehidupan yang kurang baik menjadi lebih baik, dalam hal ini mengubah kondisi hidup dan penghayatan tak bermakna menjadi bermakna.
Proses pengembangan hidup bermakna memerlukan sembilan unsur yaitu niat, potensi diri, tujuan, usaha, metode, sarana, lingkungan, asas-asas sukses, dan ibadah atau doa.
5.      Menjadi lansia bermakna
Salah satu kondisi yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia adalah menjadi tua, namun para pakar berbeda pendapat bahwa menjadi tua adalah suatu kepastian yang tidak dapat dihindarkan dan dicegah.
Kegiatan pengembangan pribadi bermakna secara umum bertujuan untuk menemukan arti hidup dan mengembangkan kehidupan yang bermakna pada masa tua dengan tujuan-tujuan khusus :
1.      Memahami beberapa teknik penurunan kecemasan untuk memngurangi stres menyongsong masa tua.
2.      Memahami prinsip dan teknik meningkatkan keakraban dalam keluarga dan pergaulan.
3.      Menyadari potensi pribadi dan merealisasikannya dalam kegiatan yang bermanfaat.
4.      Menyusun rencana pribadi untuk mempersiapkan masa tua.
5.      Memahami pentingnya pengetahuan dan penghayatan agama serta pengalamannya.
I.        Hubungan Logoterapi dan Teologi dalam Pandangan Viktor Frankl
Viktor Frankl mengemukakan bahwa logoterapi tidak “ menyeberangi ” batas antara psikoterapi dengan agama, tetapi menjembataninya dan menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar untuk mengambil sikap. Viktor Frankl menyatakan bahwa dimensi spiritual yang dimaksud logoterapi tidak dalam artian agama, logoterapi mengakui adanya The Divine World dan The Ultimate Meaning yang sulit dipahami dengan intelektualitas semata tapi harus diterima dengan keimanan yang berarti juga percaya kepada The Ultimate Being.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Logoterapi mempunyai motto “meaning in suffering” dan bersifat “future oriented” di harapkan dapat membangkitkan otimisme menghadapi masa depan betapapun kendala yang di hadapi. Logoterapi menunjukkan bahwa hasrat untuk hidup bermakna (The Will To Meaning) adalah motifasi utama setiap manusia, serta mengajukan pula metode untuk menemukan makna hidup (The Meaning Of Life) dan mengembangkan hidup bermakna (The Meaningful Life).
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman.2007.Logoterapi Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar